Jumat, 25 Oktober 2019

Kultus dalam Budaya Fangirl



Aku jarang membuat postingan serius, karena hidup lebih nyaman jika kita bisa menemukan humor di dalamnya. Namun, karena hal ini sudah memakan banyak korban, aku ingin menuliskannya.

Kulltus atau sekte (cult) identik dengan imej sebuah gerakan keagamaan yang menyimpang. Pada dasarnya, tidak semua kultus menyimpang, dan tidak semua kultus bersifat keagamaan. Terkadang, kita tidak sadar jika kita hidup dalam kultus tertentu, dengan atau tanpa nama. Beberapa tidak menyebutnya kultus, kelompok, tim, perkumpulan bisa saja mengadopsi gaya kultus... dan jika terlalu jauh diterapkan akan jadi toxic. Dan karena dunia fangirl berbasis internet, salah satu dampak yang paling mungkin terjadi adalah cyber bullying.


Kultus dalam budaya fangirl bisa berorientasi pada tokoh, pair, atau bahkan fandom. Sistem ini udah menyebar di banyak fandom, dan jumlah korbannya tidak sedikit. Untuk mengetahui apakah kalian secara tidak langsung terlibat dalam kultus budaya fangirl, aku akan kasih beberapa tanda kultus, dan silakan menyimpulkan sendiri.

Dan karena aku tidak ingin menjatuhkan kelompok dan individu tertentu, maka aku akan buat kultus fangirl imajiner. Sebut saja nama kultusnya 'Midoki Lovers' dengan pemimpinnya Hime Hoshina, anggotanya sudah sampai ratusan dan terus berkembang. FIKTIF, tentu saja, semua contoh yang kutulis nggak ada hubungannya sama aku, seleraku dan kapal kecilku ini.

1. Terdapatnya sosok sentral yang menjadi pusat kultus

Sosok sentral di sini bisa berupa pemimpin, pelopor, pencetus, atau pemberi asupan terbanyak. Dan tidak harus menyatakan dirinya sebagai pemimpin kelompok tersebut. Selama dia punya pengaruh besar, diidentikkan dengan kelompok tersebut dan diakui oleh anggota kultus, dia adalah sosok sentral.

Biasanya, ide-ide dari pemimpin cult akan diadopsi oleh anggotanya dan dianggap sebagai keyakinan bersama. Kritik pada ide-ide atau pemimpinnya bisa berakibat fatal. Dari kritik tajam sampai bullying. Biasanya mereka adalah sosok-sosok yang cerdas, punya pesona, berperilaku baik, memiliki ide-ide yang cemerlang.

Ambil contoh Midoki Lovers, Hime Hoshina adalah pendiri kelompok itu dan meski dia nggak menyebut diri sebagai pemimpinnya, anggota kelompok mengakui dia sebagai 'tokoh yang berperan' dalam pelayaran kapal Midoki. Hime Hoshina punya standarnya sendiri, misalnya haram hukumnya memasangkan Midorima sama tokoh lain, atau Kise harus punya karakter secerah matahari. Entah bagaimana standarnya ini dijadikan standar bersama di Midoki Lovers, haram hukumnya nulis Midoki kalau nggak pakai standar ini.

2. Kelompok memposisikan diri sebagai 'yang terbaik' dan tidak segan menjatuhkan kelompok lain.

Pernah masuk ke kelompok fans yang bilang "Pair XY lebih baik dari YZ" atau "M adalah fandom terbaik sepanjang masa, yang lain sampah" atau "A itu tokoh paling nggak guna, bagusan B"? Selamat, Anda sudah masuk kelompok kultus yang toxic.

Mengklaim sebagai yang terbaik saja sudah termasuk ciri-ciri kelompok toxic, apalagi sambil menjelek-jelekkan kelompok lain? Silakan kabur secepatnya sebelum kalian tercuci otaknya.

Apa ada di dunia fangirl? BANYAK! Kalian akan mendapatkan contoh-contoh yang sama, berulang, berulang dan berulang, sampai akhirnya kalian percaya kalau hal itu benar.

Contohnya; Hime Hoshina posting di kelompoknya, "Midoki pair terbaik, mereka punya ikatan yang kuat, dan meski keduanya sering berantem, mereka punya interaksi intim yang menunjukkan karakter asli masing-masing." Kemudian ada yang menimpali, "Iya, bener banget, interaksi kaca mata hitam dan Kurosuke beneran manis  UwU", ada juga yang menimpali, "Iya, Midoki emang the best. Apaan tuh pair Midoxxx dan Kisexxx, meski interaksinya sering tapi dangkal. Nggak logis banget deh." Awalnya manis dan berkesan positif, tapi lama-lama bisa mengundang fanwar.

3. Kelompok paranoid pada kelompok lain, di beberapa kasus akan menempatkan diri sebagai 'korban' yang 'ditindas' kelompok lain

Ini adalah drama yang kita semua pasti pernah lihat. Pada kelompok kultus, posisi sebagai korban digunakan untuk mengikat kesolidan antar anggota. Perasaan solidaritas sebagai kelompok yang berusaha melawan akan digunakan untuk menguatkan kelompok. Memang ada beberapa drama yang benar-benar terjadi, tapi seringnya dari masalah 1 orang yang bisa diselesaikan dengan hapus review atau abaikan berubah jadi drama raksasa yang memengaruhi satu fandom.

Langsung ke contoh saja karena aku juga tidak pandai menjelaskan. Suatu ketika, di kolom review salah satu FF anggota Midoki Lovers muncul komentar anonim 'Midoki sampah, crack pair najis kok ditulis, bagusan Midoxxx kali'. Si anggota membawanya ke kelompok, kelompok heboh menghujat kelompok fans lain yang dianggap menyerang mereka. Hujatan keluar dari grup ke status-status pribadi, nyebar ke non-fans, terdengar ke kelompok Midoxxx, mereka balas menghujat. Drama. Dan biasanya akan muncul kalimat macam 'Apaan sih kalian? Mentang-mentang Midoki kapal mungil terus Midoxxx yang kapal pesiar bisa seenaknya gitu?', 'Kita selalu ditindas', 'Emang fans mereka tuh bar-bar' dsb dsb dsb.

4. Kelompok menyerang mantan anggota

Poin ini yang biasanya paling banyak makan korban. Aku udah dengar banyak sekali contoh-contoh serupa di berbagai fandom, pair, karakter. Ketika ada anggota yang keluar, muncullah kalimat-kalimat kejam menjatuhkan. Gosip dan hujatan garis keras, bahkan penyerangan ke status dan pesan si mantan anggota. Kelompok akan mengucilkan mantan anggota, menyebarkan rumor buruk dan bahkan tidak segan-segan menghancurkan mental korban.

Biasanya hal itu akan berlandaskan pada 'apa yang sudah aku beri padanya'. Kelompok akan menuntut anggotanya untuk loyal atas harga dari asupan, FF, fanart, doujin, terjemahan, fanbook yang telah diberikan di kelompok pada anggotanya. Jika bukan benda-benda di atas, bisa juga berupa ikatan pribadi. Itu bisa jadi 'harga' yang dianggap pantas untuk keloyalanmu. Dan kamu juga akan merasa tidak enak untuk meninggalkan kelompok karena kamu sudah menerima sesuatu.

Tidak percaya praktik seperti ini terjadi? Coba tanya orang-orang di sekitarmu.

Hime Hoshina akan menjadi contoh tokoh antagonisnya. "Itu Gee Mahawira keluar dari kelompok kita. Padahal selama ini dia akrab banget sering ngobrol sama aku. Aku bahkan dedikasiin FF Green and Yellow untuk dia. Sumpah, aku sakit hati banget sama apa yang dia lakuin. Dia nggak bilang apapun terus keluar, bahkan bilang kalau kelompok kita toxic. Kita pernah apain dia coba?" Dan tiba-tiba saja PM-ku diserang, aku dikata-katain dan dibilang nggak tahu cara berterima kasih.

5. Pemimpin adalah sosok yang absolut dan tidak bisa ditentang.

Pemimpin selalu benar. Prinsip pemimpin adalah prinsip bersama. Masalah pribadi pemimpin adalah masalah bersama. Musuh pemimpin adalah musuh bersama. Manipulasi loyalitas anggota untuk kepentingan pribadi atas dasar 'pertemanan'. Kalian akan jadi 'white knight' dia.

Aku pribadi pernah mengalaminya, 2013 aku bertengkar sama seseorang yang kelak akan memimpin kultus sebuah fandom. Iya, satu fandom penuh identik sama dia. Sampai detik ini aku masih nggak berani masuk fandom itu karena aku tahu, anak-anaknya di fandom itu juga membenciku. Mereka juga nggak segan menyerangku, kelompok yang identik denganku, bahkan tega menyebar fitnah dan menjatuhkan. 6 tahun berlalu tapi permusuhan itu masih terjadi.
.
.
.
Oke, kurasa cuma itu yang bisa kusampaikan. Jaga diri kalian sendiri jangan sampai masuk kelompok yang berpotensi kultus. Jaga kelompok kalian agar fangirlingan tetap aman dan sehat. Hargai pendapat orang lain seperti kamu ingin pendapatmu dihargai.

Salam hangat dari Hime Hoshina (yang bukan ketua kultus Midoki Lovers karena itu hanyalah kultus fiktif XD)

1 komentar:

  1. Gee, ini Vi, ternyata ini tulisan ada di sini juga... aku mau browsing dulu ah, kali aja nemu fanfic.... //NGGAK

    BalasHapus

 
The Star Princess Blogger Template by Ipietoon Blogger Template