Senin, 10 Februari 2014

Malas Nulis? Yuk, Kita Basmi Setan Yang Satu Ini



Malas.

Sebuah konsep, budaya dan kebiasaan yang sepertinya sudah mendarah daging dalam tubuh kita meski pada dasarnya ini merupakan sebuah konsep negatif yang tak seharusnya dipertahankan. Tapi apa daya, setan malas memang salah satu musuh terbesar bagi manusia.

Dan sebagai seorang penulis/author rasa malas itu benar-benar setan yang bikin kita sekaligus pembaca kita jengkel.

Nah, untuk mengatasi hal itu, aku sudah mencatat beberapa tindakan dan pikiran yang kuharap dapat membantu kalian mengatasi sikap malas itu. ^_^


1.       Rasakan manfaatnya.

Sebelum memutuskan langkah untuk mengatasi rasa malas, ada baiknya jika kita harus merasakan manfaat yang terkandung di dalamnya agar kita memiliki motivasi yang nyata untuk melakukannya.

Dan dalam menulis sendiri, kupikir banyak banget manfaat yang kita peroleh di dalamnya mengingat keseharian kita nggak lepas dari yang namanya tulis menulis.

Mulai dari menulis untuk mengerjakan tugas dari dosen atau guru, menulis untuk pekerjaan (baik yang pekerjaannya memang penulis ataupun bukan), menulis sebagai hobi, ajang curhat, berbagi ilmu, cari teman di sosial media dan lain-lain.

Dan semakin sering kamu menulis, aku yakin bentuk tulisanmu juga akan semakin rapi dan enak dibaca. Belum lagi menulis juga dapat meningkatkan aktualisasi diri, mencari teman, self therapy, dan masih banyak lagi.

Biasanya manfaat menulis yang kalian rasakan itu sesuai dengan tujuan kalian menulis.

Nah, sudah dapat merasakan manfaatnya? Jika belum, cari dulu hingga dapat manfaat menulis yang sesuai dengan dirimu sendiri, baru kita lanjut ke tips berikutnya.

2.       Tantukan target menulis.

Siapkan kertas ukuran besar dan tempelkan di meja belajar kalian.

‘AKU AKAN MENULIS …. HALAMAN TIAP HARINYA!’

Dan ini nggak boleh hanya berakhir di atas kertas saja lho. Kalian harus merealisasikannya.

Aku tahu ini sangat sulit, banyak kesibukan yang membuat kita harus meninggalkan aktivitas menulis. Tapi jangan khawatir, di setiap kesibukan yang paling sibuk sekalipun, kalian pasti masih memiliki waktu senggang bukan? Cukup lima menit atau sepuluh menit saja, hidupkan laptop atau siapkan kertas dan pena, lalu menulis.

Target bisa disesuaikan dengan kelowongan waktu kalian.

Misalnya, dulu saat masih kelas XI dan super nyantai, aku menetapkan target 8 halaman tiap harinya, tapi menginjak kelas XII dan mulai disibukkan dengan berbagai macam hal, aku terpaksa menurunkan targetku menjadi 3 halaman per hari.

Oh iya, satu hal lagi.

Menulis yang aku maksud itu menulis DI LUAR PEKERJAAN KITA.

Maksudnya, hindari pemikiran seperti, ‘Ah, tadi aku sudah ngetik tugas sejarah lima halaman, jadi udah nggak usah nulis lagi dong? Target udah terpenuhi.’

Maksud target di sini, adalah menulis di luar pekerjaan, bisa berupa artikel, fiksi dan lain-lain.

3.       Menulislah kapanpun dimanapun.

Terdengar mustahil?

Sebenarnya tidak.

Siapkan saja satu buku agenda kecil dan sebuah pena. Kita hidup selalu dikelilingi oleh hal-hal menarik. Ide bisa datang dimanapun, kapanpun. Dan menuliskannya saat itu juga saat ide masih fress adalah pilihan terbaik sebelum kita melupakan ide tersebut.

Sebagai tambahan, aku pernah menulis di dalam angkot (angkutan kota) karena dapat ide bagus, sampai-sampai aku lupa turun dan tempat pemberhentianku terlewati. Atau saat mandi sambil nyanyi-nyanyi dan diteriaki orang tua untuk cepet keluar.

Terdengar nggak ada hubungannya sama judul artikel ini?

Hahaha, sebenarnya menulis di manapun kapanpun melatih kita untuk sigap dan aktif pada apa yang terjadi di sekitar kita dan meluangi waktu kosong kita dengan menulis. Dan terbukti, ini cukup efektif untuk dilakukan.

4.       Jangan terpaku menulis harus mengetik.

Inilah yang entah mengapa sering aku dengar sebagai alasan di antara teman-temanku.

‘Nggak punya laptop,’ ‘Laptop dipakai ortu,’ ‘Laptop kena virus!’ STOP alasan itu sebagai dalih rasa malas.

Nulis itu nggak harus pakai laptop.

Orang jaman dulu saja bisa menulis di atas benda-benda aneh semacam batu, daun lontar, kulit binatang dll. Masa kita generasi modern dengan segala kecanggihan zamannya nggak?

Ingatlah kalau kita punya tekhnologi bernama KERTAS dan PENA.

Dan tahukah kalian, menulis di atas kertas terbukti lebih efektif untuk meningkatkan daya otak dibandingkan jika kita mengetikkannya?

Sip, jadi jangan gunakanan laptop dan komputer sebagai alasan lagi ya?

5.       Latihan mendeskripsikan sesuatu yang menarik bagi kita.

Terkadang aku mendapati hal yang sederhana itu sulit untuk dideskripsikan. Jadi aku terbiasa membawa buku catatan ke mana-mana dan mengamati lingkungan sekitarku.

Dulu, aku nggak bisa yang namanya melukiskan keindahan alam dalam wujud tulisan, tapi saat terbiasa menuliskan apapun ‘keunikan’ yang terjadi di sekitarku, tiba-tiba saja aku sudah bisa mendeskripsikannya dengan gayaku sendiri yang beda dari gaya orang lain.

Ambil contoh: desripsikan ruangan yang berantakan. *lirik kamar tidur*


------
Meja yang dipenuhi oleh barang-barang tak bermakna seperti pensil yang terlupakan, alat kosmetik kadaluarsa yang terlalu sayang untuk dibuang dan beberapa mahakarya teknologi manusia yang sudah rusak dan termasuk dalam golongan sampah.

Tempat tidurpun kini dihamburi oleh selimut kusut yang malas dilipat dan beberapa buku sisa belajar semalam, di sela-sela antar dinding, kau bahkan dapat menemukan syal ataupun dasi yang terjatuh dari gantungannya.

Replika kapal Titanic selepas tenggelam yang sangat sempurna. Seni yang tercipta dari rasa malas dan keengganan untuk memberesinya dari sang empu.


Kira-kira seperti itu. Nah, dengan seringnya kita menuliskan sesuatu, maka kita akan semakin terbiasa untuk menulis dan sedikit demi sedikit membunuh setan malas yang bersemayam dalam tubuh kita.

6.       Menulis buku harian.

Kalian yang cowok, kenapa memalingkan wajah mendengar judul tips ini?

Masih berpikir kalau menulis buku harian adalah hal sensitif yang hanya dilakukan kaum hawa sebagai ajang curhat?

Lupakan pikiran kolot itu dan buka otak kalian selebar mungkin.

Buku harian nggak harus berisikan curahan hati lho ya. Bisa juga berupa rentetan kejadian yang kalian alami atau malah mimpi dan imajinasi kalian untuk masa depan.

Bentuk buku harian juga nggak harus ‘Dear Diary, tahu nggak hari ini…’

Kalian bisa memodifikasinya sesuka kalian, bisa dibuat versi fiktif (biar kalau ada yang nemu kalian bisa ngeles dengan ‘Ah, ini mah cuma cerita fiktif buatanku!’ atau model percakapan kaya naskah drama. Kreasikan menurut idemu sendiri deh. ;)

Isi bukunya setiap hari. Jangan sampai lupa.

Selain dapat menjadi kenangan di masa mendatang, ini melatih kita untuk disiplin lho.

OK, kayaknya Cuma segini tips dariku, semoga bermanfaat ya~~

2 komentar:

 
The Star Princess Blogger Template by Ipietoon Blogger Template