Malas.
Sebuah konsep, budaya dan kebiasaan yang sepertinya sudah mendarah daging
dalam tubuh kita meski pada dasarnya ini merupakan sebuah konsep negatif yang
tak seharusnya dipertahankan. Tapi apa daya, setan malas memang salah satu
musuh terbesar bagi manusia.
Dan sebagai seorang penulis/author rasa malas itu benar-benar setan yang
bikin kita sekaligus pembaca kita jengkel.
Nah, untuk mengatasi hal itu, aku sudah mencatat beberapa tindakan dan
pikiran yang kuharap dapat membantu kalian mengatasi sikap malas itu. ^_^
1.
Rasakan
manfaatnya.
Sebelum memutuskan
langkah untuk mengatasi rasa malas, ada baiknya jika kita harus merasakan manfaat
yang terkandung di dalamnya agar kita memiliki motivasi yang nyata untuk
melakukannya.
Dan dalam menulis
sendiri, kupikir banyak banget manfaat yang kita peroleh di dalamnya mengingat
keseharian kita nggak lepas dari yang namanya tulis menulis.
Mulai dari menulis untuk
mengerjakan tugas dari dosen atau guru, menulis untuk pekerjaan (baik yang
pekerjaannya memang penulis ataupun bukan), menulis sebagai hobi, ajang curhat,
berbagi ilmu, cari teman di sosial media dan lain-lain.
Dan semakin sering kamu
menulis, aku yakin bentuk tulisanmu juga akan semakin rapi dan enak dibaca. Belum
lagi menulis juga dapat meningkatkan aktualisasi diri, mencari teman, self therapy, dan masih banyak lagi.
Biasanya manfaat menulis
yang kalian rasakan itu sesuai dengan tujuan kalian menulis.
Nah, sudah dapat
merasakan manfaatnya? Jika belum, cari dulu hingga dapat manfaat menulis yang
sesuai dengan dirimu sendiri, baru kita lanjut ke tips berikutnya.
2.
Tantukan
target menulis.
Siapkan kertas ukuran
besar dan tempelkan di meja belajar kalian.
‘AKU AKAN MENULIS ….
HALAMAN TIAP HARINYA!’
Dan ini nggak boleh
hanya berakhir di atas kertas saja lho. Kalian harus merealisasikannya.
Aku tahu ini sangat
sulit, banyak kesibukan yang membuat kita harus meninggalkan aktivitas menulis.
Tapi jangan khawatir, di setiap kesibukan yang paling sibuk sekalipun, kalian
pasti masih memiliki waktu senggang bukan? Cukup lima menit atau sepuluh menit
saja, hidupkan laptop atau siapkan kertas dan pena, lalu menulis.
Target bisa disesuaikan
dengan kelowongan waktu kalian.
Misalnya, dulu saat
masih kelas XI dan super nyantai, aku menetapkan target 8 halaman tiap harinya,
tapi menginjak kelas XII dan mulai disibukkan dengan berbagai macam hal, aku
terpaksa menurunkan targetku menjadi 3 halaman per hari.
Oh iya, satu hal lagi.
Menulis yang aku maksud
itu menulis DI LUAR PEKERJAAN KITA.
Maksudnya, hindari pemikiran
seperti, ‘Ah, tadi aku sudah ngetik tugas sejarah lima halaman, jadi udah nggak
usah nulis lagi dong? Target udah terpenuhi.’
Maksud target di sini,
adalah menulis di luar pekerjaan, bisa berupa artikel, fiksi dan lain-lain.
3.
Menulislah
kapanpun dimanapun.
Terdengar mustahil?
Sebenarnya tidak.
Siapkan saja satu buku
agenda kecil dan sebuah pena. Kita hidup selalu dikelilingi oleh hal-hal
menarik. Ide bisa datang dimanapun, kapanpun. Dan menuliskannya saat itu juga
saat ide masih fress adalah pilihan terbaik sebelum kita melupakan ide
tersebut.
Sebagai tambahan, aku pernah
menulis di dalam angkot (angkutan kota) karena dapat ide bagus, sampai-sampai
aku lupa turun dan tempat pemberhentianku terlewati. Atau saat mandi sambil
nyanyi-nyanyi dan diteriaki orang tua untuk cepet keluar.
Terdengar nggak ada hubungannya
sama judul artikel ini?
Hahaha, sebenarnya
menulis di manapun kapanpun melatih kita untuk sigap dan aktif pada apa yang
terjadi di sekitar kita dan meluangi waktu kosong kita dengan menulis. Dan terbukti,
ini cukup efektif untuk dilakukan.
4.
Jangan
terpaku menulis harus mengetik.
Inilah yang entah
mengapa sering aku dengar sebagai alasan di antara teman-temanku.
‘Nggak punya laptop,’ ‘Laptop
dipakai ortu,’ ‘Laptop kena virus!’ STOP alasan itu sebagai dalih rasa malas.
Nulis itu nggak harus
pakai laptop.
Orang jaman dulu saja
bisa menulis di atas benda-benda aneh semacam batu, daun lontar, kulit binatang
dll. Masa kita generasi modern dengan segala kecanggihan zamannya nggak?
Ingatlah kalau kita
punya tekhnologi bernama KERTAS dan PENA.
Dan tahukah kalian,
menulis di atas kertas terbukti lebih efektif untuk meningkatkan daya otak
dibandingkan jika kita mengetikkannya?
Sip, jadi jangan
gunakanan laptop dan komputer sebagai alasan lagi ya?
5.
Latihan
mendeskripsikan sesuatu yang menarik bagi kita.
Terkadang aku mendapati
hal yang sederhana itu sulit untuk dideskripsikan. Jadi aku terbiasa membawa
buku catatan ke mana-mana dan mengamati lingkungan sekitarku.
Dulu, aku nggak bisa
yang namanya melukiskan keindahan alam dalam wujud tulisan, tapi saat terbiasa
menuliskan apapun ‘keunikan’ yang terjadi di sekitarku, tiba-tiba saja aku
sudah bisa mendeskripsikannya dengan gayaku sendiri yang beda dari gaya orang
lain.
Ambil contoh:
desripsikan ruangan yang berantakan. *lirik kamar tidur*
------
Meja yang dipenuhi oleh barang-barang tak bermakna seperti pensil yang terlupakan, alat kosmetik kadaluarsa yang terlalu sayang untuk dibuang dan beberapa mahakarya teknologi manusia yang sudah rusak dan termasuk dalam golongan sampah.Tempat tidurpun kini dihamburi oleh selimut kusut yang malas dilipat dan beberapa buku sisa belajar semalam, di sela-sela antar dinding, kau bahkan dapat menemukan syal ataupun dasi yang terjatuh dari gantungannya.Replika kapal Titanic selepas tenggelam yang sangat sempurna. Seni yang tercipta dari rasa malas dan keengganan untuk memberesinya dari sang empu.
Kira-kira seperti itu. Nah,
dengan seringnya kita menuliskan sesuatu, maka kita akan semakin terbiasa untuk
menulis dan sedikit demi sedikit membunuh setan malas yang bersemayam dalam
tubuh kita.
6.
Menulis
buku harian.
Kalian yang cowok,
kenapa memalingkan wajah mendengar judul tips ini?
Masih berpikir kalau
menulis buku harian adalah hal sensitif yang hanya dilakukan kaum hawa sebagai
ajang curhat?
Lupakan pikiran kolot
itu dan buka otak kalian selebar mungkin.
Buku harian nggak harus berisikan
curahan hati lho ya. Bisa juga berupa rentetan kejadian yang kalian alami atau
malah mimpi dan imajinasi kalian untuk masa depan.
Bentuk buku harian juga
nggak harus ‘Dear Diary, tahu nggak hari ini…’
Kalian bisa
memodifikasinya sesuka kalian, bisa dibuat versi fiktif (biar kalau ada yang
nemu kalian bisa ngeles dengan ‘Ah, ini mah cuma cerita fiktif buatanku!’ atau
model percakapan kaya naskah drama. Kreasikan menurut idemu sendiri deh. ;)
Isi bukunya setiap hari.
Jangan sampai lupa.
Selain dapat menjadi kenangan di
masa mendatang, ini melatih kita untuk disiplin lho.
OK,
kayaknya Cuma segini tips dariku, semoga bermanfaat ya~~
Thanks tips nya senpai
BalasHapusAkira: Sama-sama :)
BalasHapus