Selama ini, kita
melihat kesuksesan seorang penulis dari suatu hasil, paling bagus juga melihat
perjuangan dan pengorbanannya. Namun, pernahkah kalian mencoba mengusik lebih
dalam karakter para penulis sukses dan melihat kecenderungan sifat yang ada
pada mereka?
Belum? Sama, aku juga
belum pernah sampai sebulan yang lalu. Dan saat memikirkan hal ini, aku
langsung berusaha mengorek-orek kepribadian mereka yang aku anggap sukses
sebagai penulis (Bukan cuma karena buku/FF-nya sukses atau banyak penggemar. Tapi juga karena
mental mereka menurutku sudah masuk ke dalam ketegori sukses.) Dan dari banyak
jawaban, aku merasakan ada beberapa kecenderungan dari sifat mereka. Dan bagi yang selama sebulan terakhir ini aku kepoin, aku minta maaf dan berterima kasih pada kalian semua.
Berikut adalah
beberapa hal yang harus dimiliki penulis sukses ^^
1.
Rencanakan
apa yang akan dilakukan dalam satu hari.
Siapa bilang
jadwal adalah hal yang mengekang?
Sebagai seorang penulis, target dan jadwal
adalah hal yang harus diperhatikan lho. Apa kamu sudah punya target untuk
menyelesaikan kisah hari ini? Berapa halaman yang akan kamu tulis dari novelmu
hari ini? Berapa words yang akan kamu buat?
Mungkin terdengar
membosankan dan bodoh. Tapi, bagi seorang penulis (apalagi yang masih pemula seperti
kita) menjadi produktif adalah hal yang baik. Tapi ingat! Menjadi PRODUKTIF bukan
menjadi SIBUK. Produkifitas seorang penulis tidak hanya dihitung dari berapa
banyak karya yang dia buat, tapi juga bagaimana kualitas ceritanya.
Nah, mulai
sekarang, mari kita biasakan untuk:
Work “smarter”, not harder!
2.
Kesempurnaan
bukanlah tujuan.
Banyak penulis
pemula yang menjadikan kesempurnaan sebagai sebuah patokan. Gaya bahasaku harus
gini, diksiku harus gitu, ceritanya harus gini, tokohnya harus gitu dan semacamnyanya.
Aku berani
mengatakan untuk, ‘Berhenti bersikap bodoh seperti itu!’. Bukan hanya sekedar
kata-kata, yang namanya kesempurnaan memang TIDAK ADA. Cobalah menulis untuk
mengejar hal yang lain seperti kepuasan pribadi, menyenangkan orang lain,
mengasah diri sendiri dll. Masih banyak tujuan yang lebih baik dari hanya
sekedar mengejar kesempurnaan yang semu.
Lagipula, semakin
kita memikirkan kesempurnaan itu, maka justru karya kita akan semakin jauh dari
kata sempurna, dan kita akan kehilangan gaya tulisan kita sendiri.
Sempurna adalah omong kosong yang besar untuk manusia. Karena hanya Tuhan-lah yang memilikinya.
3.
Kegagalan
bukan hal yang harus ditakutkan.
‘Aku takut
gagal.’
Memang kenapa
kalau gagal? Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda bukan? Jadi kenapa harus
ditakuti?
Jangan takut kamu
akan kegagalan, coba ingat-ingat lagi akan kesuksesan yang selama ini kamu
dapatkan. Lalu bagaimana dengan flamer, pencaci, haters yang nggak bosan-bosan mengkritik karya kamu
sebagai sebuah sampah? Biarkan berlalu
saja~~
Semua orang pasti
punya sisi baiknya masing-masing, dan jangan pernah takut untuk gagal atau
salah. Suatu saat nanti kamu pasti akan bisa mengatasi kesalahanmu itu dan
menjadi lebih baik jika kamu terus berusaha dan berusaha.
Lagi pula, semuanya akan berakhir jika kamu berhenti karena gagal.
Nggak mau kan?
4.
Masalah
pribadi adalah masalah pribadi. Tidak ada hubungannya dengan karir menulis.
Banyak penulis
yang kadang masih membawa masalahnya saat menulis dan mengacaukan bentuk
tulisan mereka akibat emosi yang dirasakan. Ya, ini bagus kalau misalnya
kebetulan kondisi mental dan kisah kita sedang sejalur. Tapi misalkan saat
berselisih arah?
Nah, kan. Sebagai
penulis nggak dibayar seperti di FFn sih mungkin bukan masalah besar. Tapi
bagaimana jika kalian sudah mulai menapaki dunia profesional? Mau nggak mau
kita harus melepaskan masalah kita saat menulis.
Ada saatnya kita harus lepas dari dunia nyata kita saat menulis.
Aku adalah aku. Tokohku adalah tokohku. Keduanya adalah sosok yang berbeda. Masalahku bukan masalahnya. Dan masalahnya bukan masalahku. Aku tak akan mencampuradukkan keduanya.
5. Aku adalah aku. Jangan jadikan aku apa yang kau mau.
Kritik sih akan
diterima dengan baik. Tapi pendiktean untuk merubah alur cerita, gaya bahasa,
tokoh dll? Maaf saja, itu di luar batas toleransiku.
Kadang banyak
penulis yang kehilangan pegangannya saat hendak menulis karena terpengaruh oleh
komentar yang masuk seperti ‘Kenapa A nggak jadian sama B? C bakal muncul kan?
Kasih hind EF dong! Masukin adegan gini dong! Endingnya gitu dong!’ yang
berakhir pada kehilangan alur awal yang sudah ditetapkan.
Jujur saja, aku
menghargai mereka yang komentar seperti itu. Tapi bukan berarti aku akan
melakukan permintaan mereka.
Ini adalah kisahku, aku yang membuatnya, maka akulah Tuhan di kisah ini.
6.
Berani
mengaku salah. Cari alasan itu udah basi!
Jika memang ada
plot hole di dalam kisahmu, maka akui plot hole itu memang ada. Nggak usah
berusaha mengelak. Jika karakterisasi tokohmu memang kurang, maka akui saja
jika karakterisasinya memang kurang. Nggak usah cari alasan.
Mengakui
kekurangan diri sendiri adalah salah satu proses belajar yang paling penting.
Tidak hanya dalam dunia tulis menulis, tapi di segala bidang. Dengan mengakui
kesalahan yang kita buat, maka kita sudah maju satu langkah untuk menjadi
seorang penulis yang sukses.
Tapi tentu saja,
setelah mengakui kesalahan kita, usahakan untuk tidak melakukan kesalahan yang
sama.
Salah, suatu proses pembelajaran yang paling mutakhir. Guru terbaik dari semua guru.
7.
Hari gini
masih iri sama keberhasilan orang lain?
Iri adalah salah
satu dosa bawaan manusia sejak lahir memang. Setiap orang pasti memiliki rasa
iri, tidak terkecuali. Tapi bagaimana cara kita mengolah rasa iri itu menjadi
suatu yang lain? Tentu saja dengan menghargai diri sendiri.
Nggak ada gunanya
kita iri melihat karya yang jauh lebih baik dari kita, lebih diapresisasi,
lebih sukses, lebih diminati dll. Bukankah di atas langit selalu masih ada langit?
Yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha dan terus berusaha.
Lihatlah diri
kita sendiri. Kita punya banyak kelebihan dan keberhasilan (walau memang belum
sebanding dengan orang yang kira irikan) yang akan membawa kita menuju
kesuksesan kita sendiri.
Semua orang selalu saling mengirikan satu sama lain di antara mereka. mereka tak sadar, mereka sendiri memiliki harga yang mahal untuk keberhasilannya sendiri
8.
Cinta
adalah hal yang mendukungku.
Kalimat klise~~
tapi memang benar sih.
Cinta nggak harus
diartikan sebagai perasaan berdebar-debar pada seseorang. Tapi cinta juga bisa
diartikan sebagai apresiasi, dukungan, perasaan positif yang kita terima dari
orang lain.
Seseorang membaca
kisahmu, itu adalah sebuah cinta. Seseorang meninggalkan review pada kisahmu,
itu adalah sebuah cinta pula. Seseorang mengikuti dan memfavoritkan kisahmu,
itu adalah sebuah cinta yang lain. Seseorang memintamu untuk melanjutkan kisah yang
sudah lama kamu telantarkan, wow kamu beruntung mendapatkan cinta yang sebesar
itu. Flamer, haters dan junker mengiri kotak reviewmu dengan kalimat-kalimat
kasar dan makian, itu juga merupakan suatu cinta—cinta yang tertunda.
Jadi jangan
bernah berpikir kamu kehilangan dukungan.
Ada begitu banyak orang yang mencintai dan mendukungmu di luar sana, meski kamu tak selalu mengenalnya.
Cinta adalah
sebuah dimensi yang tak berbatas, benar?
9.
Kebahagiaan
adalah tujuan yang utama.
Untuk apa kamu
melakukan sesuatu yang pada akhirnya tidak membuatmu bahagia?
Kamu boleh
menuliskan seribu satu target dan miliaran tugas untuk dirimu sendiri. Tapi,
apakah semua itu membuatmu bahagia? Apa kamu melakukannya dengan hati yang senang
atau terpaksa?
Menulis adalah
suatu pekerjaan yang berguna untuk membahagiakan orang lain, lho. Tujuan yang
mulia bukan? Dan kamu juga harus menikmati prosesnya. Lakukan semuanya dengan
hati yang gembira dan tujuan yang mulia, pasti kebahagiaan yang kamu rasakan
saat karya itu selesai akan berlipat-lipat besarnya.
Egois memang, namun saat melakukannya, aku hanya melakukannya untuk kebahagiaanku. Dan untuk kebahagiaanmu pula.
10.
Nulis itu
bagus, tapi sehat nomor satu.
Kadang aku
melihat ada penulis yang mengorbankan kesehatannya untuk menghasilkan suatu
karya.
Dan aku berpikir,
‘Untuk apa?’
Kesehatan itu tak
ternilai harganya. Jangan memaksakan diri untuk menulis jika itu hanya akan
membebani tubuhmu. Kamu sendiri yang paling tahu seberapa besar daya tahan
tubuhmu, jadi jangan memaksakan lebih dari itu secara drastis.
Lagipula, tidak
enak bukan rasanya jika kita menulis dengan tubuh yang tidak sehat?
Berkah dari segala berkah, kesehatan. Dan tidak ada yang dapat mengalahkannya.
11.
Bukan tujuan
yang abstrak, tapi pasti.
‘Aku ingin bisa
menulis dengan bagus.’
Halo~~ standar
bagus itu kan abstrak. Cobalah untuk membuat tujuan yang lebih pasti seperti
‘Aku ingin menerbitkan novel tahun ini!’ atau kalau belum berani membuat tujuan
yang sebesar itu, coba buat tujuan lain seperti ‘Aku ingin membuat karya
sepanjang 10K dalam 3 hari’ atau ‘Aku ingin rajin menulis tiap hari’ dan
semacamnya.
Tentu saja,
tujuan itu harus kamu usahakan untuk bisa dilakukan, jangan hanya menjadi
bualan tanpa arti saja.
Aku yang mengawalinya, maka aku harus menyelesaikannya juga.
12.
Aku bukan
korban. Akulah yang berkuasa.
Jangan mau
dijatuhkan dalam dunia tulis menulis! Kamu harus terus maju dan menaiki tangga
panjang yang ada di hadapanmu untuk meraih kesuksesan. Percuma saja kalau kamu
berhenti di tengah jalan lalu memandang ke atas, melihat mereka yang sudah
mendaki lebih tinggi di atasmu dengan tatapan iri dan merasa jika dunia tidak
adil padamu.
Mereka yang ada
di sana juga pernah menapaki anak tangga yang sedang kau injak ini. Dan mereka
masih berjuang. Lalu kau? Kau akan menyerah begitu saja?
Jangan bernah
berpikir jika dunia bersikap tidak adil padamu atau kau adalah korban dalam
perjuanganmu sendiri.
Langkahkan kakimu! Mendakilah sekuat tenaga! Berjuanglah dan bersiaplah untuk meraih kesuksesanmu.
13.
Berubah?
Siapa takut!
Keluar dari zona
nyaman?
Hanya pecundang
yang akan bilang ‘tidak’. Kamu bukan pecundang kan? Kamu adalah seorang calon
pemenang yang akan meraih kesuksesan bukan? Maka, sekarang dobrak tembok
pembatas zona nyamanmu itu. Lihatlah, di luar sana masih banyak hal yang bisa
kamu lakukan!
Biasa menulis
humor, coba tulis angst. Biasa menulis romance, cobalah menulis crime.
Biarkan dirimu melihat sisi lain dunia darimana dunia yang kau diami. Dan kamu akan melihat sayapmu tumbuh dengan indahnya.
14.
Belajar
adalah PR abadi seorang manusia.
Mengedit sedikit
kalimat yang aku temukan di buku politik hijau untuk tugas kuliah. Belajar adalah PR abadi seorang manusia. Dan
tidak akan pernah selesai, bahkan hingga akhir hayat sekalipun.
Begitu pula
seorang penulis. Buka otakmu! Terima kritik! Belajar lebih keras agar tulisanmu
semakin berkualitas! Ya, itu adalah pekerjaan rutin seorang penulis. Jadi
jangan pernah lelah dan menyerah untuk belajar.
Satu kunci untuk maju: Belajarlah.
15.
Bersyukurlah
saat segalanya telah selesai.
Ini adalah hal
yang paling penting dari semuanya. Bersyukur.
Bersyukur karena Tuhan
telah memberikanmu waktu dan kesempatan untuk menulis. Bersyukur karena kamu
dapat menyelesaikan kisahmu dengan baik. Bersyukur atas setiap detik yang dia berikan untuk
kita dan setiap orang yang membaca karya kita di luar sana.
Dan yakinlah, Dia selalu melimpahi rahmat umatnya yang bersyukur.
Tuhan memberikan apa yang kau butuhkan. Bukan yang kau inginkan.
Mungkin cuma ini yang
bisa aku tulis, terdengar sok ya? Yah, yang jelas aku berharap semoga tulisan ini bermanfaat buat kita semua ya ^^
Sumber gambar: https://www.tumblr.com/search/sphintitus
0 komentar:
Posting Komentar