Sabtu, 23 Agustus 2014

Writer's Block? Hush Hush, Sana Pergi!



Kemarin lalu ada ‘anak’ku yang mengeluhkan soal ketidakmampuannya dalam melanjutkan cerita. Waktu aku tanya apakah dia malas, dia bilang ‘Bukan malas, semangat sih ada, hanya aja rasanya jari nggak mau digerakkan. Kalaupun nulis, hawa ceritanya jadi amburadul banget.’

Aku langsung menyangkutkan kejadian ini pada suatu fanomena yang biasa disebut ‘Writers block’ atau yang kita singkat dengan istilah WB.

Jujur saja, selama ini aku menganggap writer’s block hanya isapan jempol semata. Sama seperti anggapanku akan kuntilanak atau wewe gombel. Kukira itu hanya salah satu efek samping dari kemalasan saja. Tapi mendengar ini dari salah satu ‘anak’ yang paling aku banggakan, rasanya aku mulai mempertimbangkan nyatanya masalah ini.

Dan selama ini aku nggak sadar kalau beberapa kali aku sempat terserang WB juga XD

Nah, setelah muter-muter tanya sama beberapa senior, aku ambil beberapa kesimpulan yang mungkin bisa membantu ^^

Tapi sebelum kita mulai pembahasannya, nggak ada salahnya kita mengenal musuh kita dalam menulis dulu.

1.       Writer’s block. Fakta atau mitos belaka?

Writer’s block adalah suatu kondisi, yang berhubungan dengan menulis sebagai profesi atau kegemaran yang dilakukan secara berkelanjutan, di mana seorang penulis kehilangan kemampuan untuk menghasilkan karya baru. Kondisi ini bervariasi secara luas tergantung tingkatannya.

Hal ini dapat merupakan masalah sepele, dengan pemecahan yang dapat dilakukan secara mudah dan dalam waktu singkat. Pada tingkatan yang lebih tinggi lainnya, termasuk “diblokir”nya kemampuan penulis telah tidak dapat bekerja selama bertahun-tahun. Dan ini dapat membuat mereka meninggalkan karir yang tengah ditekuninya.

Hal ini dapat pada penulis yang melihat pekerjaan mereka sebagai suatu pekerjaan yang ‘rendah atau tidak cocok, padahal sebenarnya bisa jadi sebaliknya.

Tolong bedakan WB dengan malas, kebuntuan menulis biasanya sumbernya tidak diketahui dengan jelas—atau si penulis tidak mengetahui sumbernya secara gamblang. Hanya merupakan perasaan tidak mampu untuk menulis lagi.

Jadi, aku simpulkan saja writer’s block adalah perasaan jenuh untuk menghasilkan karya.

Kalau untuk mengatasi rasa malas saat menulis bisa mampir ke http://tulismenulisgee.blogspot.com/2014/02/malas-nulis-yuk-kita-basmi-setan-yang.html kok ^^

2.       Kenapa bisa terjadi writer’s block?

Sebenarnya, menjawab pertanyaan ini agak sulit karena tidak bisa hanya berdasarkan membaca artikel  semata. Diperlukan penelitian juga. Jadi, selama sebulan ini aku memaksakan diri untuk mencari mereka yang mengaku mengalami writer’s block dan meng-kepo-in mereka XD

Dari hasil kepo meng-kepo itu, aku mengambil beberapa kesimpulan tentang penyebab writer’s block yang paling banyak dialami.

Berikut adalah beberapa di antaranya:

a.       Pembendaharaan kata penulis cenderung sedikit.

Jangan meremehkan soal pembendaharaan kata. Kadang, perasaan jenuh bisa muncul dikarenakan hal ini. Sadar nggak sadar, kamu akan berpikir ‘Lagi-lagi begini. Kaya gini lagi. Ini-ini aja. Nggak ada yang lain apa?’ saat menulis, yang menyebabkan kejenuhan.


b.      Terlalu banyak ide yang datang.

Siapa sih yang nggak seneng punya ide segudang dan nggak pernah kehabisan ide?

Tapi, realitanya imajinasi yang berlebihan banyaknya itu kadang malah bikin kita buntu saat nulis!

Nggak percaya? Percayalah. Aku salah satu penderitanya (Dan aku baru menyadari ini beberapa hari belakangan). Saking banyaknya ide yang datang, aku nggak bisa memilih mana yang mau aku tulis. Jadilah semua tabrakan dan aku nggak bisa memutuskan apa yang sebaiknya aku tulis duluan ._.

c.       Tidak tahu bagaimana memulai cerita.

Bagaimana rasanya sudah mematangkan suatu alur, ending, karakterisasi, dll dan saat mau nulis… nggak bisa buat pembukaan. Langsung drop deh biasanya ._.


d.      Referensi menulis kurang.

Ini juga sering aku alami sih. Karena terlalu rajin mencari referensi, aku malah lupa sama cerita yang kugarap. Karena terlalu fokus mencari struktur kapal selam saat perang dunia kedua, aku sampai lupa untuk mengerjakan ceritaku XD

Untuk itu, aku bener-bener minta maaf sama Kak Rakai, karena nggak bisa ikut challenge-nya ya TTATT #numpangcurcol

e.      Plot lari-lari.

Bagi yang nulis seperti aku (tanpa membuat kerangka cerita), mungkin sering mengalami hal ini, ya. Saat ngetik, kepikiran adegan ini, lalu scene itu, pingin masukin dialog ini dll, sehingga kita kehilangan pegangan dari alur yang sesungguhnya dan… tiba-tiba berhenti nulis.

f.        Membandingkan diri dengan penulis lain.

Hayo! Ngaku siapa yang sering melakukan hal ini? Aku!

Aku pernah berhenti menulis karena galau dengan tulisanku dan gayanya. Membandingkan diri dengan si A yang tulisannya begini, si B yang diksinya begitu, si C yang idenya out of the box dll.

Dan ini membuatku rendah diri dengan karyaku sendiri.

g.       Sejuta faktor lain yang nggak mungkin aku tulis satu persatu.

Muak pada lingkungan, pernah kena flame, ketakutan untuk mulai lagi dll bisa juga jadi faktor writer’s block lainnya.

3.       Lalu gimana nih buat mengatasi writer’s block?

Nah, inilah yang akan menjadi pusat pembahasan kita kali ini. Bagaimana cara mengatasi writer’s block. Tips di bawah ini memang banyak yang saling antagonis. Tapi apa boleh buat, tiap orang kan memiliki cara yang berbeda-beda untuk menyembuhkan penyakitnya bukan?

Jadi, berikut adalah tips mengatasi WB yang menurutku lumayan sukses ^^

a.       Jangan diemin aja. WB nggak akan berhenti kalau kamu cuma diem sambil menunggu mood nulis balik.

Ini aku masukkan ke dalam tips utama. Aku kurang setuju dengan tips ‘Tunggu aja mood balik baru nulis’. Iya, kalau mood balik dalam hitungan hari atau minggu. Kalau bulan atau tahun? Nah, bakal keteteran kan?

Jadi jangan biasakan tunggu saja. Waktu nggak selamanya menyelesaikan masalah lho. Kita juga harus bertindak.

b.      Buat suasana yang sesuai untuk membangkitkan mood menulis.

Kamu bisa cari tempat baru untuk menulis. Kalau misalkan kamar yang sempit dan sumpek sudah membosankan, maka carilah tempat lain yang lebih nyaman. Perpustakaan atau taman adalah tempat yang aku rekomendasikan.

Atau paling nggak, buat tempat kamu biasa menulis menjadi tempat yang nyaman. Dengan cahaya yang cukup, udara yang segar, musik lembut atau aroma terapi. Pokoknya buat lingkungan tempatmu menulis menjadi tempat yang memacu kreatifitas.

c.       Fokus pada tulisan yang sedang kita kerjakan.

Ini agak berlawanan dengan tips yang lain. Tapi karena tiap tips di sini berdiri sendiri, tidak saling bersangkutan. Tapi nggak ada salahnya dicoba kan?

Ada juga tipe penulis yang WB karena nggak bisa fokus pada tulisan yang tengah ia garap. Dengan memfokuskan diri pada satu bidang, tentunya kita akan lebih mudah untuk mengerjakannya tanpa terbayangi oleh hal lain kan?

d.      Menulis di dalam kotak atau sesuai keahlian.

Berlawanan dengan tips out of the box di bawah, aku juga menyarankan menulis cerita yang ‘kamu banget’. Entah dari segi gaya bahasa, genre, cerita atau apapun. Jangan paksakan menulis yang bukan bidangmu dan memaksa untuk mencari referensi sebanyak mungkin—yang kadang membuat kita lupa menulis.

Kalau memang kamu bisa seger lagi dengan nulis romance yang manis, ayo aja! Atau daripada kamu frustasi nulis artikel ‘Bagaimana cara membobol bank’ padahal kamu ahli di bidang musik, mending coba buat artikel soal membaca nada atau rekomendasi musik yang sesuai dengan bulan ini.

e.      Ganti jenis tulisan.

Yup. Ganti jenis tulisan. Biasa nulis fiksi? Cobalah nuli nonfiksi. Atau sebaliknya. Artikel singkat atau cerpen adalah hal yang menyenangkan untuk ditulis lho.

Aktifkan tuh, blog yang sudah setahun dianggurin. Bikin resensi film atau game yang kita suka juga akan menjadi hal yang menyenangkan untuk dikerjakan. Sekedar nostalgia bercerita tentang kejadian konyol masa sekolah dulu juga enak untuk ditulis.

Atau bahkan sekedar curcol galau tentang WB yang melanda.

Nah, nggak ada salahnya kan sedikit ganti suasana?

f.        Blogwalking.

Kadang kalau lagi suntuk, aku sering main ke blog punya temen-temenku. Paling sering sih punya Asha, Abang atau Mbak Mala yang biasanya isinya unik-unik.

Mulai dari terjemahan lirik lagu, resensi software atau manga, hingga hal-hal mustahil yang ada di dunia ini akan aku baca. Itu bisa menambah inspirasi sekaligus membangkitkan gairah menulis lho.

g.       Mencintai gaya kita menulis dan terus bersemangat untuk mengembangkannya.

Bagi yang senang membandingkan hasil karyanya dengan hasil karya orang lain, mari baca ini.

Bagaimanapun caranya, kita harus belajar mencintai diri kita sendiri dan tidak memaksakannya untuk mengikuti cara orang lain.

Penulis yang kamu irikan itu juga sudah banyak melalui halangan dan rintangan untuk menemukan ciri khas mereka. Dan kamu nggak akan sampai pada tingkat yang sama (menghasilkan karya yang menarik) kalau kamu masih terus meniru orang lain.

Mulailah melangkah mandiri dan temukan gaya yang paling kamu nyaman saat menulis. Lalu kembangkan, kamu akan bisa menjadi penulis yang sama hebatnya dengan idolamu itu ^^

h.      Cari tantangan dalam menulis.

Mainlah ke grup tulis menulis dan minta anggotanya memberikan prompt yang menantang untuk ditulis. Atau ikutilah salah satu challenge menulis yang diadakan di sana.

Aku sendiri, saat prompt yang kususun mulai terasa membosankan, aku akan minta bantuan temen-temen di grup untuk memberiku tantangan. Dan jujur saja, aku kagum dengan ide-ide yang diberikan oleh teman-temanku di sana. Benar-benar di luar kotak banget. Dan biasanya, setelah itu aku akan memaksimalkan kemampuanku menulis agar tidak membuat temenku yang sudah menyumbangkan prompt kecewa.

i.        Menulis out of the box atau out of comfort zone.

Ini juga bisa dijakdikan ajang istirahat. Biasa nulis soal kekerasan, sejarah, feminisme, mafia? Kenapa nggak sekali-sekali coba nulis slice of life? Kehidupan anak sekolah atau pasangan yang baru menikah juga sama nyamannya untuk ditulis kok.

Keluarlah dari kotak dan zona nyamanmu. Lihatlah dunia lebih luas dan kamu akan merasakan sensasi menulis yang berbeda dengan biasanya.

j.        Menuliskan hal yang nggak penting.

Buku harianmu berdebu lho disimpen di bawah meja terus. Apa salahnya kalau kamu ambil dan kamu isi? Tulis aja apa yang ingin kamu tulis di sana. Seancur dan sekacau apapun. Seambigu dan senaif apapun. Tulis saja.

Mau ditambahi gambar abstrak? Kenapa nggak?
Mau dikasih emot-emot lebay? Kenapa nggak?
Mau pakai bahasa gaul nan alay? Kenapa nggak?
 Atau… mau coba isi buku harianmu dengan bahasa asing dan catatan pelajaran?

Kadang menulis hal yang nggak penting dan dianggap percuma itu justru bisa membuat hati merasa lega lho ;)

k.       Refresing sejenak nggak ada salahnya kan?

Saatnya meluangkan waktumu untuk hobi nggambar yang kamu lupakan. Atau mau berenang di kolam renang? Eh, lagu di playlist-mu udah mbosenin semua, mau download yang baru?  Jalan-jalan sama temen sambil lihat-lihat baju yang nggak mungkin terbeli juga bisa kok.

Waktunya kita istirahat! Jangan paksa otakmu bekerja terus. Saatnya meluangkan waktu untuk refresing.

Kalau nggak punya uang untuk jalan-jalan, kamu bisa melakukannya di rumah kok. Baca novel lama kesukaanmu sambil nyemil. Dengerin lagu sambil joged-joged di kamar—pastikan nggak ada yang lihat sebelum kamu dibawa ke psikolog. Mandi dua jam sambil nyobain lulur baru punya kakak juga seru kan?

Tapi jangan sampai keblablasan ya. Kalau sudah ringan, kembali menulis ^^

l.        Ingat kembali motivasi kamu untuk menulis.

Kamu mau jadi novelis tapi dua puluh halaman saja sudah KO? Kamu mau jadi cerpenis terkenal tapi membuat 4 cerpen aja sudah nggak mampu lagi? Kamu ingin menyaingi penulis favoritmu tapi membuat kisah yang nyaman di baca saja kamu merasa nggak sanggup?

Ayo bangkit dan kembali menulis! Ingat kembali motivasimu dan kejarlah sampai berhasil. Oke?

m.    Sharing dengan teman yang sama-sama memiliki hobi menulis.

Inilah yang dilakukan ‘anak’ku saat WB melanda. Dia pasti akan langsung kirim e-mail ke teman-temannya untuk mendikusikan bagaimana cara mengatasi WB. Atau cuma sekedar ngobrol gaje soal proyek yang akan dilakukan, sehingga dapat menimbulkan semangat menulis.

Melihat teman yang berjuang menulis, kita akan termotivasi untuk menulis juga kan?

n.      Banyak membaca dan mencari referensi.

Ini ada hubungannya dengan blogwalking di atas. Tapi nggak harus lewat internet sih. Main ke perpustakaan dan baca satu atau dua novel untuk menambah gairah menulis juga hal yang menyenangkan.

Ingat tips 3M+3M yang aku lupa dapat dari mana.

(Membaca+Membaca+Membaca) + (Menulis+Menulis+Menulis)

Ini adalah rumus untuk menghasilkan karya yang mengagumkan.

o.      Mulai menulis dari hal kecil.

Kalau sedang frustasi nulis novel, aku kadang melarikan diri dengan menulis puisi, drabble atau cerpen kilat.

Kadang hal seperti itu bisa meringankan beban yang kita rasakan lho, sekaligus menyalurkan satu ide yang ada di kepala dan terasa mengganggu fokus kita dalam mengerjakan pekerjaan.

Kalau misalnya tingkat WB sudah parah, untuk memulai menulis kita juga bisa mulai menulis dari yang ringan dulu, kemudian naik ke yang agak berat hingga yang berat.

p.      Me-restart hati dengan mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa.

Abangku selalu berkata ‘Sholat dulu sana’ tiap kali aku tampak stress di depan laptop. Dan harus aku akui, kegiatan rohaniah sangat membantu untuk mewujudkan ketenangan batin dan menghilangkan jenuh yang melanda.

Coba luangkan waktu untuk berdoa atau membaca kitab suci, mungkin hati akan lebih tenang setelah melakukannya dan menulis kembali lancar.

q.      Buat jadwal menulis dan target ^^

Ini bagus banget untuk menimbulkan rasa cinta pada menulis dan rasa kehilangan tiap kali writer’s block menyerang.

Nggak perlu banyak-banyak, cukup satu jam sehari saja. Atau kalau mau target halaman (seperti yang aku lakukan) 2 halaman sehari (Kalau aku 8 halaman sih). Lakukan secara rutin hingga menjadi kebiasaan.

Lama-lama, kamu akan merasakan aneh kalau nggak memenuhi target yang kamu tetapkan itu.

Yap, cuma itu yang bisa aku sampaikan.

Nggak percaya sama tips di atas? Percayalah. Karena sekarang aku juga sedang WB nulis FF dan mencoba mencari suasana baru dengan menulis blog :D. Bagi kalian yang baca, maaf ya, kalian sudah jadi korban menghilangkan WB-ku. Dan aku sudah pernah menjajal semua cara di atas kok, lumayan sukses kalau menurutku.

Akhir kata, terima kasih sudah membaca.

Terus majukan generasi muda Indonesia sadar membaca dan menulis ya!

0 komentar:

Posting Komentar

 
The Star Princess Blogger Template by Ipietoon Blogger Template