Kemarin lalu ada
‘anak’ku yang mengeluhkan soal ketidakmampuannya dalam melanjutkan cerita.
Waktu aku tanya apakah dia malas, dia bilang ‘Bukan malas, semangat sih ada,
hanya aja rasanya jari nggak mau digerakkan. Kalaupun nulis, hawa ceritanya
jadi amburadul banget.’
Aku langsung
menyangkutkan kejadian ini pada suatu fanomena yang biasa disebut ‘Writers block’ atau yang kita singkat
dengan istilah WB.
Jujur saja, selama ini
aku menganggap writer’s block hanya
isapan jempol semata. Sama seperti anggapanku akan kuntilanak atau wewe gombel.
Kukira itu hanya salah satu efek samping dari kemalasan saja. Tapi mendengar
ini dari salah satu ‘anak’ yang paling aku banggakan, rasanya aku mulai
mempertimbangkan nyatanya masalah ini.
Dan selama ini aku
nggak sadar kalau beberapa kali aku sempat terserang WB juga XD
Nah, setelah
muter-muter tanya sama beberapa senior, aku ambil beberapa kesimpulan yang
mungkin bisa membantu ^^
Tapi sebelum kita
mulai pembahasannya, nggak ada salahnya kita mengenal musuh kita dalam menulis
dulu.
1.
Writer’s
block. Fakta atau mitos belaka?
Writer’s
block adalah suatu kondisi, yang berhubungan dengan
menulis sebagai profesi atau
kegemaran yang dilakukan secara berkelanjutan, di mana
seorang penulis kehilangan kemampuan untuk menghasilkan karya baru. Kondisi ini
bervariasi secara luas tergantung
tingkatannya.
Hal ini dapat merupakan masalah sepele, dengan pemecahan yang dapat dilakukan secara
mudah dan dalam waktu singkat. Pada tingkatan yang lebih tinggi lainnya, termasuk “diblokir”nya kemampuan penulis telah tidak dapat bekerja selama bertahun-tahun. Dan ini dapat membuat mereka meninggalkan karir
yang tengah ditekuninya.
Hal ini dapat pada penulis yang melihat pekerjaan mereka sebagai suatu pekerjaan yang ‘rendah
atau tidak cocok’, padahal sebenarnya bisa jadi sebaliknya.
Tolong bedakan WB dengan
malas, kebuntuan menulis biasanya sumbernya tidak diketahui dengan jelas—atau
si penulis tidak mengetahui sumbernya secara gamblang. Hanya merupakan perasaan
tidak mampu untuk menulis lagi.
Jadi, aku simpulkan
saja writer’s block adalah perasaan
jenuh untuk menghasilkan karya.
Kalau untuk mengatasi
rasa malas saat menulis bisa mampir ke http://tulismenulisgee.blogspot.com/2014/02/malas-nulis-yuk-kita-basmi-setan-yang.html kok ^^
2.
Kenapa bisa terjadi writer’s block?
Sebenarnya, menjawab
pertanyaan ini agak sulit karena tidak bisa hanya berdasarkan membaca
artikel semata. Diperlukan penelitian
juga. Jadi, selama sebulan ini aku memaksakan diri untuk mencari mereka yang
mengaku mengalami writer’s block dan
meng-kepo-in mereka XD
Dari hasil kepo meng-kepo itu, aku mengambil
beberapa kesimpulan tentang penyebab writer’s
block yang paling banyak dialami.
Berikut adalah
beberapa di antaranya:
a.
Pembendaharaan kata penulis cenderung sedikit.
Jangan meremehkan
soal pembendaharaan kata. Kadang, perasaan jenuh bisa muncul dikarenakan hal
ini. Sadar nggak sadar, kamu akan berpikir ‘Lagi-lagi
begini. Kaya gini lagi. Ini-ini aja. Nggak ada yang lain apa?’ saat
menulis, yang menyebabkan kejenuhan.
Untuk mengatasinya
bisa buka http://tulismenulisgee.blogspot.com/2013/12/kurang-kosakata-jangan-panik-tips-dan.html
b.
Terlalu banyak ide yang datang.
Siapa sih yang
nggak seneng punya ide segudang dan nggak pernah kehabisan ide?
Tapi, realitanya
imajinasi yang berlebihan banyaknya itu kadang malah bikin kita buntu saat
nulis!
Nggak percaya?
Percayalah. Aku salah satu penderitanya (Dan aku baru menyadari ini beberapa
hari belakangan). Saking banyaknya ide yang datang, aku nggak bisa memilih mana
yang mau aku tulis. Jadilah semua tabrakan dan aku nggak bisa memutuskan apa
yang sebaiknya aku tulis duluan ._.
c.
Tidak tahu bagaimana memulai cerita.
Bagaimana rasanya
sudah mematangkan suatu alur, ending,
karakterisasi, dll dan saat mau nulis… nggak bisa buat pembukaan. Langsung drop deh biasanya ._.
Mungkin artikel http://tulismenulisgee.blogspot.com/2014/03/macam-macam-paragraf-pembuka.html bisa membantu untuk masalah ini.
d.
Referensi menulis kurang.
Ini juga sering aku
alami sih. Karena terlalu rajin mencari referensi, aku malah lupa sama cerita
yang kugarap. Karena terlalu fokus mencari struktur kapal selam saat perang
dunia kedua, aku sampai lupa untuk mengerjakan ceritaku XD
Untuk itu, aku
bener-bener minta maaf sama Kak Rakai, karena nggak bisa ikut challenge-nya ya TTATT #numpangcurcol
e.
Plot lari-lari.
Bagi yang nulis
seperti aku (tanpa membuat kerangka cerita), mungkin sering mengalami hal ini,
ya. Saat ngetik, kepikiran adegan ini, lalu scene itu, pingin masukin dialog
ini dll, sehingga kita kehilangan pegangan dari alur yang sesungguhnya dan…
tiba-tiba berhenti nulis.
f.
Membandingkan diri dengan penulis lain.
Hayo! Ngaku siapa
yang sering melakukan hal ini? Aku!
Aku pernah berhenti
menulis karena galau dengan tulisanku dan gayanya. Membandingkan diri dengan si
A yang tulisannya begini, si B yang diksinya begitu, si C yang idenya out of the box dll.
Dan ini membuatku
rendah diri dengan karyaku sendiri.
g.
Sejuta faktor lain yang nggak mungkin aku tulis
satu persatu.
Muak pada
lingkungan, pernah kena flame,
ketakutan untuk mulai lagi dll bisa juga jadi faktor writer’s block lainnya.
3.
Lalu gimana nih buat mengatasi writer’s block?
Nah, inilah yang akan menjadi
pusat pembahasan kita kali ini. Bagaimana cara mengatasi writer’s block. Tips di bawah ini memang banyak yang saling
antagonis. Tapi apa boleh buat, tiap orang kan memiliki cara yang berbeda-beda
untuk menyembuhkan penyakitnya bukan?
Jadi, berikut adalah
tips mengatasi WB yang menurutku lumayan sukses ^^
a.
Jangan diemin aja. WB nggak akan berhenti kalau
kamu cuma diem sambil menunggu mood
nulis balik.
Ini aku masukkan
ke dalam tips utama. Aku kurang setuju dengan tips ‘Tunggu aja mood balik baru nulis’. Iya, kalau mood balik dalam hitungan hari atau
minggu. Kalau bulan atau tahun? Nah, bakal keteteran kan?
Jadi jangan
biasakan tunggu saja. Waktu nggak selamanya menyelesaikan masalah lho. Kita
juga harus bertindak.
b.
Buat suasana yang sesuai untuk membangkitkan mood menulis.
Kamu bisa cari
tempat baru untuk menulis. Kalau misalkan kamar yang sempit dan sumpek sudah
membosankan, maka carilah tempat lain yang lebih nyaman. Perpustakaan atau
taman adalah tempat yang aku rekomendasikan.
Atau paling nggak,
buat tempat kamu biasa menulis menjadi tempat yang nyaman. Dengan cahaya yang
cukup, udara yang segar, musik lembut atau aroma terapi. Pokoknya buat
lingkungan tempatmu menulis menjadi tempat yang memacu kreatifitas.
c.
Fokus pada tulisan yang sedang kita kerjakan.
Ini agak berlawanan
dengan tips yang lain. Tapi karena tiap tips di sini berdiri sendiri, tidak
saling bersangkutan. Tapi nggak ada salahnya dicoba kan?
Ada juga tipe
penulis yang WB karena nggak bisa fokus pada tulisan yang tengah ia garap.
Dengan memfokuskan diri pada satu bidang, tentunya kita akan lebih mudah untuk
mengerjakannya tanpa terbayangi oleh hal lain kan?
d.
Menulis di dalam kotak atau sesuai keahlian.
Berlawanan dengan
tips out of the box di bawah, aku
juga menyarankan menulis cerita yang ‘kamu banget’. Entah dari segi gaya
bahasa, genre, cerita atau apapun. Jangan paksakan menulis yang bukan bidangmu
dan memaksa untuk mencari referensi sebanyak mungkin—yang kadang membuat kita
lupa menulis.
Kalau memang kamu
bisa seger lagi dengan nulis romance
yang manis, ayo aja! Atau daripada kamu frustasi nulis artikel ‘Bagaimana cara
membobol bank’ padahal kamu ahli di bidang musik, mending coba buat artikel
soal membaca nada atau rekomendasi musik yang sesuai dengan bulan ini.
e.
Ganti jenis tulisan.
Yup. Ganti jenis
tulisan. Biasa nulis fiksi? Cobalah nuli nonfiksi. Atau sebaliknya. Artikel
singkat atau cerpen adalah hal yang menyenangkan untuk ditulis lho.
Aktifkan tuh, blog
yang sudah setahun dianggurin. Bikin resensi film atau game yang kita suka juga
akan menjadi hal yang menyenangkan untuk dikerjakan. Sekedar nostalgia
bercerita tentang kejadian konyol masa sekolah dulu juga enak untuk ditulis.
Atau bahkan sekedar
curcol galau tentang WB yang melanda.
Nah, nggak ada
salahnya kan sedikit ganti suasana?
f.
Blogwalking.
Kadang kalau lagi
suntuk, aku sering main ke blog punya temen-temenku. Paling sering sih punya
Asha, Abang atau Mbak Mala yang biasanya isinya unik-unik.
Mulai dari
terjemahan lirik lagu, resensi software
atau manga, hingga hal-hal mustahil yang ada di dunia ini akan aku baca. Itu
bisa menambah inspirasi sekaligus membangkitkan gairah menulis lho.
g.
Mencintai gaya kita menulis dan terus
bersemangat untuk mengembangkannya.
Bagi yang senang
membandingkan hasil karyanya dengan hasil karya orang lain, mari baca ini.
Bagaimanapun
caranya, kita harus belajar mencintai diri kita sendiri dan tidak memaksakannya
untuk mengikuti cara orang lain.
Penulis yang kamu
irikan itu juga sudah banyak melalui halangan dan rintangan untuk menemukan
ciri khas mereka. Dan kamu nggak akan sampai pada tingkat yang sama
(menghasilkan karya yang menarik) kalau kamu masih terus meniru orang lain.
Mulailah melangkah
mandiri dan temukan gaya yang paling kamu nyaman saat menulis. Lalu kembangkan,
kamu akan bisa menjadi penulis yang sama hebatnya dengan idolamu itu ^^
h.
Cari tantangan dalam menulis.
Mainlah ke grup
tulis menulis dan minta anggotanya memberikan prompt yang menantang untuk ditulis. Atau ikutilah salah satu challenge menulis yang diadakan di sana.
Aku sendiri, saat prompt yang kususun mulai terasa
membosankan, aku akan minta bantuan temen-temen di grup untuk memberiku
tantangan. Dan jujur saja, aku kagum dengan ide-ide yang diberikan oleh
teman-temanku di sana. Benar-benar di luar kotak banget. Dan biasanya, setelah
itu aku akan memaksimalkan kemampuanku menulis agar tidak membuat temenku yang
sudah menyumbangkan prompt kecewa.
i.
Menulis out
of the box atau out of comfort zone.
Ini juga bisa
dijakdikan ajang istirahat. Biasa nulis soal kekerasan, sejarah, feminisme,
mafia? Kenapa nggak sekali-sekali coba nulis slice of life? Kehidupan anak sekolah atau pasangan yang baru
menikah juga sama nyamannya untuk ditulis kok.
Keluarlah dari
kotak dan zona nyamanmu. Lihatlah dunia lebih luas dan kamu akan merasakan
sensasi menulis yang berbeda dengan biasanya.
j.
Menuliskan hal yang nggak penting.
Buku harianmu
berdebu lho disimpen di bawah meja terus. Apa salahnya kalau kamu ambil dan
kamu isi? Tulis aja apa yang ingin kamu tulis di sana. Seancur dan sekacau
apapun. Seambigu dan senaif apapun. Tulis saja.
Mau ditambahi
gambar abstrak? Kenapa nggak?
Mau dikasih
emot-emot lebay? Kenapa nggak?
Mau pakai bahasa
gaul nan alay? Kenapa nggak?
Atau… mau coba isi
buku harianmu dengan bahasa asing dan catatan pelajaran?
Kadang menulis hal
yang nggak penting dan dianggap percuma itu justru bisa membuat hati merasa
lega lho ;)
k.
Refresing
sejenak nggak ada salahnya kan?
Saatnya meluangkan
waktumu untuk hobi nggambar yang kamu lupakan. Atau mau berenang di kolam renang?
Eh, lagu di playlist-mu udah mbosenin
semua, mau download yang baru?
Jalan-jalan sama temen sambil lihat-lihat baju yang nggak mungkin
terbeli juga bisa kok.
Waktunya kita
istirahat! Jangan paksa otakmu bekerja terus. Saatnya meluangkan waktu untuk refresing.
Kalau nggak punya
uang untuk jalan-jalan, kamu bisa melakukannya di rumah kok. Baca novel lama
kesukaanmu sambil nyemil. Dengerin lagu sambil joged-joged di kamar—pastikan
nggak ada yang lihat sebelum kamu dibawa ke psikolog. Mandi dua jam sambil
nyobain lulur baru punya kakak juga seru kan?
Tapi jangan sampai
keblablasan ya. Kalau sudah ringan, kembali menulis ^^
l.
Ingat kembali motivasi kamu untuk menulis.
Kamu mau jadi
novelis tapi dua puluh halaman saja sudah KO? Kamu mau jadi cerpenis terkenal
tapi membuat 4 cerpen aja sudah nggak mampu lagi? Kamu ingin menyaingi penulis
favoritmu tapi membuat kisah yang nyaman di baca saja kamu merasa nggak
sanggup?
Ayo bangkit dan
kembali menulis! Ingat kembali motivasimu dan kejarlah sampai berhasil. Oke?
m.
Sharing dengan teman yang sama-sama memiliki
hobi menulis.
Inilah yang
dilakukan ‘anak’ku saat WB melanda. Dia pasti akan langsung kirim e-mail ke
teman-temannya untuk mendikusikan bagaimana cara mengatasi WB. Atau cuma
sekedar ngobrol gaje soal proyek yang akan dilakukan, sehingga dapat
menimbulkan semangat menulis.
Melihat teman yang
berjuang menulis, kita akan termotivasi untuk menulis juga kan?
n.
Banyak membaca dan mencari referensi.
Ini ada hubungannya
dengan blogwalking di atas. Tapi
nggak harus lewat internet sih. Main ke perpustakaan dan baca satu atau dua
novel untuk menambah gairah menulis juga hal yang menyenangkan.
Ingat tips 3M+3M
yang aku lupa dapat dari mana.
(Membaca+Membaca+Membaca)
+ (Menulis+Menulis+Menulis)
Ini adalah rumus
untuk menghasilkan karya yang mengagumkan.
o.
Mulai menulis dari hal kecil.
Kalau sedang
frustasi nulis novel, aku kadang melarikan diri dengan menulis puisi, drabble atau cerpen kilat.
Kadang hal seperti
itu bisa meringankan beban yang kita rasakan lho, sekaligus menyalurkan satu
ide yang ada di kepala dan terasa mengganggu fokus kita dalam mengerjakan
pekerjaan.
Kalau misalnya
tingkat WB sudah parah, untuk memulai menulis kita juga bisa mulai menulis dari
yang ringan dulu, kemudian naik ke yang agak berat hingga yang berat.
p.
Me-restart
hati dengan mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa.
Abangku selalu
berkata ‘Sholat dulu sana’ tiap kali aku tampak stress di depan laptop. Dan
harus aku akui, kegiatan rohaniah sangat membantu untuk mewujudkan ketenangan
batin dan menghilangkan jenuh yang melanda.
Coba luangkan waktu
untuk berdoa atau membaca kitab suci, mungkin hati akan lebih tenang setelah
melakukannya dan menulis kembali lancar.
q.
Buat jadwal menulis dan target ^^
Ini bagus banget
untuk menimbulkan rasa cinta pada menulis dan rasa kehilangan tiap kali writer’s block menyerang.
Nggak perlu
banyak-banyak, cukup satu jam sehari saja. Atau kalau mau target halaman
(seperti yang aku lakukan) 2 halaman sehari (Kalau aku 8 halaman sih). Lakukan
secara rutin hingga menjadi kebiasaan.
Lama-lama, kamu akan
merasakan aneh kalau nggak memenuhi target yang kamu tetapkan itu.
Yap, cuma itu yang
bisa aku sampaikan.
Nggak percaya sama
tips di atas? Percayalah. Karena sekarang aku juga sedang WB nulis FF dan
mencoba mencari suasana baru dengan menulis blog :D. Bagi kalian yang baca,
maaf ya, kalian sudah jadi korban menghilangkan WB-ku. Dan aku sudah pernah
menjajal semua cara di atas kok, lumayan sukses kalau menurutku.
Akhir kata, terima
kasih sudah membaca.
Terus majukan generasi
muda Indonesia sadar membaca dan menulis ya!
0 komentar:
Posting Komentar